Halaman

15 Mar 2009

Kisah Langit Merah - Bubin Lantang

Hollaa... maab lama hiatus, sebenernya pengen ngeblog tapi bingung mo posting apa.

Karena beberapa menit yang lalu, saya baru aja menyelesaikan buku ini, so...
yuk ya yuk... ngeblog review buku lagi.

Cover belakangnya sama sekali ga ada pernyataan bahwa buku ini tentang cinta romantis, genre yang saya suka :). Tapi serangkaian kalimat semacam sajak atau puisi yang membuat saya penasaran waktu saya membaca bagian ini. Akhirnya buku ini terbeli beberapa bulan lalu, tapi baru sempat saya khatamkan karena setelah sekian lama buku ini masih lengkap dengan plastiknya menginap di kos-an dwi. Sampai akhirnya Jum'at kemaren saya kehabisan bahan bacaan dan menyuruhnya mengembalikan pada saya.

Keberanian untuk terus melangkah

Kalimat itu yang tertera di bawah judul buku ini di cover depan. Hm... setelah saya membaca buku ini sampai tuntas, baru saya ngeh kalau kalimat tersebut merupakan summary dari ratusan lembar cerita yang terpapar dengan baik dari buku ini.

Pada beberapa chapter awal, saya harus beradaptasi dan membiasakan otak saya dengan gayanya si penulis membedakan paragrap yang italic dan yang tidak; membedakan mana yang terjadi saat ini dan mana yang masa lampau.
Hm... okay, not a big deal. Mungkin itu caranya Bubin memaparkan ceritanya.

Tapi, saya sempat protes entah kepada siapa. Gimana engga, ada beberapa rangkaian kalimat dalam bentuk paragrap yang diulang2 di beberapa chapter. Tapi lama-lama terbiasa. Okay. Maybe caranya Bubin memaparkan ceritanya. *kok jadi ikutan ngulang?*

Tentang Langit. Saya salut dengan karakternya. Detail banget. Smart, berprinsip, dan caranya mencintai. So pure, so gentle and langka ada orang seperti itu di dunia ini.
Mencinta dengan batasan agama. Puff... *menghela nafas*

Sebenernya sekali lagi, ini bukan genre buku saya. Karena saya jatuh cinta dengan buku2 yang happy ending and live happily ever after dan saya pikir buku ini ga menjanjikan hal itu. Saya menyadarinya, tapi saya tetap memuaskan rasa penasaran saya untuk tetap meneruskan membacanya hingga halaman terakhir.

Buku yang dengan smart *bukan operator koneksi internet yang saya pakai sekarang* membuka mata saya tentang parahnya korupsi di negara kita yang selama ini tidak pernah terpikirkan akan (bisa dan sedang) terjadi. Ternyata buku ini bisa juga membuat saya merinding membayangkan semua korupsi melebihi film horor terdahsyat yang pernah ada... hiiii... ini beneran tentang Indonesia? Negara tempat saya berpijak saat ini?
Entah sekarang saya lebih memilih untuk menjadi apatis atau tetap optimis.

Anyway, di tengah ramainya bribery yang ada, sisi kemanusiaannya tetap kental terasa. Perasaan cinta sejatinya, kegundahannya atas hidupnya, pengorbanannya dalam diam, peluh kerjakerasnya, tersampaikan dengan baik banget! Two thumbs up untuk Bubin.

Ternyata, saya ga nyesel udah beli buku ini, puasnya pol sampe akhir!
Back to Top